Saturday, August 29, 2015

Jadi, Kamu Itu Siapa?

Matahari terasa menjelma jadi dua. Di bawah langit tak berawan, aku duduk tersimpuh. Sukmaku masuk ke dalam lamunan, sangat dalam, dan biru. Biru, pilu, terpaku. Baru kali ini sengat panas matahari ikut menyengat hati.

Aku ini tidak satu macam dengan mereka-mereka yang mudah gundah. Para manusia yang tergores satu mili saja sudah seperti habis tertimpa mala. Aku layaknya cemara yang kokoh. Biar diterpa hujan badai, berdiriku ini tidak goyah.

Masalahnya, kamu bukan badai. Kamulah Si Manusia; pembawa kapak. Kau pangkas setiap serat kekokohanku.

Sungguh ironi bahwa bersamaan dengan kapak tajammu, kau bawa pula air. Selepas ayunan kapak mengoyak kalbuku, tiap tetes air yang tertuang, olehmu--Si Manusia--, menumbuhkan kembali bilur-bilur kehidupanku yang habis kau rusak.
//
Setelah sadar, aku bertanya-tanya:
Jadi, maumu itu apa?
.
Jadi, kamu itu siapa?

Friday, August 14, 2015

R•U•D•I•T

To rest her half-filled soul
To find the purity amongst the foul(s)

So deep, that she finds such raging sound inside the silence
So deep, she sees colors when there is only darkness around.

Those tempting hours,
In which she resisted to see the light
Peace was finally found.

Sunday, August 9, 2015

Sembunyi

Kala kilah kali kalah
Cuma jadi tak berkutik
Kala kilah kali kalah
Diam pun ikut bisik-bisik.
...
...
Sh...
...
...
Oh, maaf.
Maaf.

Nyatanya,
Memang lebih baik diam.